Senin, 30 Juli 2007

Deklarasi Pena 98


Minggu, 29 Juli 2007 15:07 WIB
Para aktivis 98 menandai lima butir deklarasi dengan cap jempol darah.

Jakarta: Perhimpunan Nasional Aktivis 1998 (PENA 98), Ahad (29/7), sepakat menjadi pelopor perubahan yang berpihak kepada rakyat. Lima butir hasil kesepakatan Rapat Paripurna PENA 98 ditandatangani Presidium dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PENA 98 dengan cap jempol darah. Pernyataan sikap tersebut adalah kesimpulan dari pertemuan selama dua hari di Jakarta.



Kelima butir pernyataan di antaranya menilai pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla telah gagal memimpin negara ini dan mereka bertekad akan merebut kekuasaan untuk mempercepat agenda reformasi. Mereka juga mendeklarasikan pembentukan PENA 98 dengan Sekjen Adian Napitupulu dengan 20 orang presidium dari 24 provinsi. Mereka mengimbau aktivis 1998 lain di seluruh Indonesia untuk menjalankan kelima butir pernyataan sikap.(YUL)

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 29 Juli 2007

Aktivis 98 Tuntut Pemerintahan SBY-JK Keluarkan Kebijakan Pro Rakyat

Jakarta, Aktivis 98 mendeklarasikan pembentukan Perhimpunan Nasional Aktivis 98 di sebuah hotel di kawasan Cempaka Putih Jakarta Pusat, Minggu (29/7).

Sekjen perhimpunan ini adalah Adian Napitupulu dengan presidium beranggotakan 20 orang yang berasal dari berbagai daerah. Dalam pembentukannya, mereka menuntut Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap rakyat.


Dalam kata sambutannya, Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98, Adian Napitupulu menegaskan, akan terus memperjuangkan reformasi yang dinilainya selama ini telah gagal. Mereka juga menilai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun DPR tidak pro terhadap rakyat.

Bahkan, mereka mengancam akan melakukan demonstrasi besar-besaran jika pemerintah terus tidak mengeluarkan kebijakan yang memperhatikan kondisi rakyat Indonesia. Perhimpunan Nasional Aktivis 98 juga menilai Pemerintahan SBY-JK belum berhasil menangkap pelaku pembunuhan terhadap rekan-rekan mereka dalam Tragedi Trisakti serta Semanggi I dan II.

Selain itu, kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) juga dinilai belum dapat diselesaikan penanganannya. Mereka juga meminta agar aset-aset mantan Presiden Soeharto dapat segera disita dan dikembalikan kepada Rakyat Indonesia. (dir)

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 27 Juli 2007

Aktivis 98 Konsolidasi untuk Rebut Kekuasaan

Jumat, 27/07/2007Jakarta: Para mantan aktivis 98 berkumpul di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (27/7/2008). Mereka berkumpul guna membahas persiapan merebut kekuasaan yang dinilainya tidak ada kemajuan.

"Ini dilakukan untuk merebut kembali kekuasaan karena pergantian penguasa sejak 1998 sampai sekarang tidak ada perubahan," kata Ketua Panitia Pertemuan Nasional (Pena) 98 Sangap Surbakti, di Jakarta, Jumat (27/7/2007).



Sangap menambahkan, hingga saat ini pelanggaran hukum tidak pernah diselesaikan para pemimpin negeri saat ini. "Kami di sini untuk menyamakan pandangan politik, bahwa kita tidak mungkin memberikan kewenangan pada orang lain," tegasnya.

Dalam pertemuan ini, akan digelar acara seminar serta rapat komisi yang membahas situasi politik terkini. Rencananya, acara ini akan dibuka oleh ibunda mahasiswa Trisakti yang menjadi korban 98 Elang Mulya Lesmana, Hiratetty

Sumber:www.okezone.com


[+/-] Selengkapnya...

Senin, 16 Juli 2007

Aktivis 98 Persiapkan Merebut Kekuasaan


Senin, 16-07-2007
Jakarta, Tribun -- Aktivis 98, yang berperan menjatuhkan Soeharto dari tampuk kekuasaan, sedang menggalang kekuatan. Mereka mengancam akan merebut kekuasaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bila lewat jalur formal lewat parlemen tidak bisa.
"Caranya kami akan masuk lewat jalur pemilu, lewat partai. Kalau tidak berhasil, kami akan bikin gerakan turun ke jalan seperti tahun 1998," jelas Ketua Pelaksana Pertemuan Nasional 98 (Pena 98) Sangap Surbakti di Jakarta, Minggu (15/7).


Menurut dia, rencana merebut kekuasaan tersebut akan dikonsolidasikan lebih lanjut pada Pertemuan Nasional Aktivis 98 yang berlangsung 27-29 Juli di Jakarta.
"Kita akan mengambil keputusan pada Pena 98 akhir bulan ini. Pertemuan ini akan diikuti ratusan aktivis 98 dari 33 provinsi di Indonesia. Konfirmasi terakhir 680 aktivis akan hadir," jelasnya.
Menurut dia, kepemimpinan nasional dan juga di daerah-daerah tidak membawa agenda reformasi. Itulah sebabnya mereka kecewa dengan kinerja pemerintah dan perlunya generasi orde baru dihapus.
Aktivis 98, sambung Sangap, memiliki tanggung jawab besar atas cita-cita reformasi tujuh tahun lalu. Mereka juga menyatakan siap untuk merebut potensi apapun, tak hanya kursi presiden.
"Saatnya generasi muda memimpin, baik itu jabatan presiden, ketua DPR, Ketua MPR, Ketua MK, bupati, lurah, semua sektor kekuasaan harus direbut," jelasnya.
Aktivis 98 Mixil Minamunir mengatakan tak mudah membangun gerakan ini. Pasalnya, rencana konsolidasi nasional yang telah mereka rancang beberapa waktu lalu telah disusupi kelompok tertentu.

Tidak Percaya pada Kejagung
Para aktivis 98 pesimis tentang proses hukum pada mantan Presiden Soeharto yang dilaksanakan Kejaksaan Agung bisa tuntas. "Saya tidak banyak berharap pada (Jaksa Agung) Hendarman Supandji. Ini hanya blow up untuk Presiden SBY. Seolah-olah tampak SBY punya inisiatif mengadili Soeharto, tapi saya berani jamin ini omong kosong," jelas seorang Aktivis 98 Mixil Minamunir, kemarin.

Menurut Mixil, pengadilan untuk Soeharto hanya akan jadi sandiwara yang akan berujung pada kebebasan mantan penguasa Orde Baru itu.
Namun, jelasnya, kali ini rakyat tak mempan dibohongi begitu saja. "SBY bisa bohongin rakyat sekali, tapi tidak bisa bohong berkali-kali," ujar aktivis asal UIN Syarif Hidayatullah ini. (JBP/aco/ade/bdu)

[+/-] Selengkapnya...

Hacked Template | andi miswar